Senin, 10 November 2008

November Becek

Emang ni bulan, penuh dengan kebecekan. Tiap hari ujaaan mulu. Heran gue. Emang sih gue suka banget sama ujan.
Kenapa?
Karena, ujan bisa buat hati gue jadi tenang. Dan lo tau? Gue lebih memilih nangis waktu hujan turun. Dimana gue nggak perlu malu lagi mengeluarkan air mata gue, karena gue juga tau, langit juga sedang menangis.
Perasaan gue bisa dengan mudahnya berubah ketika gue sedang menghirup aroma tanah yang naik ke permukaan. Hmm... Sejuk. Gue suka saat-saat itu. Saat dimana gue berhenti sesaat untuk tidak menghirup bau yang menyesakkan paru-paru gue, berhenti untuk mencium bau rokok, bau yang paling gue benci dari segala macam bau di dunia ini. Yang kenyataannya, gue pernah mencicipi rasanya yang menjijikan itu, yang membuat gue teramat benci sama benda amit-amit itu.

Hujan bisa menetralkan berbagai hal yang tidak bisa dilakukan disaat matahari bersinar. Selain menetralkan hati manusia, hujan bisa juga menetralkan suhu dan udara di jakarta yang panasnya nggak bisa dipungkiri lagi. Saat hujan, gue nggak bisa lagi nyium bau 'berbagai jenis asap' yang pastinya selalu membuat gue nggak bisa bernafas. Gue benci keadaan jakarta yang selalu seperti itu.

Hujan bisa menurunkan suhu Jakarta yang bisa dibilang, replikanya neraka itu. Saat hujan, Jakarta sedikit mendingin. Tidak seperti biasanya. Dan gue suka itu. "Jakarta Dingin".

Hal yang gue benci saat hujan, saat gue berada di luar rumah. Hujan turun sedikit saja di Jakarta, sudah akan membuat kelumpuhan, dan keributan disana-sini. Jakarta memang selalu macet dalam segala kondisi, hujan ataupun panas. Tapi kemacetan itu akan benar-benar terasa parah waktu musim hujan datang. Sampah menumpuk disudut manapun di Jakarta. Yang otomatis akan menyebakan kebanjiran. Kalau udah banjir, otomatis lumpuhlah semua kegiatan warga Jakarta. Dari mulai kemacetan yang membuat jalanan penuh dengan berbagai macam jenis emosi, entah marah, jengkel, kesal, sedih, gembira, dll.

Di November kali ini, kita akan teringat sama kata-kata ngetren yang pernah diucapkan oleh cinta Laura "Mana Ujan, Nggak Ada Ojek, Becek" haha.. Gilee.. baru ujan sebentar aja, jalanan di jakarta udah dipenuhi sama aer berwarna coklat dan berisi berbagai macam jenis benda yang biasa kita sebut 'Sampah'.

Lo tau apa yang terjadi sama gue hari ini?
Let me tell u my stupid experience..

Tadi, 10 menit sebelum bel pulang sekolah berbunyi. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Parah kan tuh? Harusnya mah ujannya daritadi aja gitu, ini malah pas orang-orang pada mau pulang.

Gue and the gank terpaksa deh nunggu sampe ujan agak reda sedikit supaya kita bisa pulang kerumah masing-masing.

Akhirnya, setelah hujan agak reda, walau masih gerimis-gerimis gitu, kita memaksakan untuk pulang. Gue pulang berempat sama anak Orgamink, naik angkot yang berbeda arah. Gue mulai sekarang memutuskan untuk nggak naek ojek lagi pas pulang skolah. Karena gue lagi ngirit, ngumpulin duit buat beli Eclips versi inggris yang harganya ratusan ribu. Secara duit lebaran gue dipinjem sama nyokap hampir satu juta, so gue mesti ngumpulin duit lagi karena duit gue bener-bener abis.

Kita mesti jalan dulu berapa ratus meter untuk bisa naik angkot, karena angkotnya nggak lewat depan skolah. Kita semua jalan sambil bercanda-canda. Nggak kerasa tujuan kita hampir nyampe, tinggal beberapa meter lagi di depan kita. Tapi kita belum juga sampe, karena masih asik bercanda-canda, main suit-suit jepang gitu. Tiba-tiba ujan turun dengan butirannya yang besar-besar. Kita segera menyadari dan dengan secepat mungkin lari menuju angkot.

Di dalam angkot, terlihat hujan turun dengan derasnya. Gue dan Nissapun panik. Karena nggak bawa payung. Gue memikirkan nasib barang-barang yang ada di tas gue. Pasti bakalan kebasahan. Ketika gue sampe tujuan dan harus turun dari angkot, hujan turun masih deres. Gue pun nekat turun dan langsung menghambur meneduh di bawah kios majalah dan koran, masih menunggu angkot berikutnya yang langsung menuju ke arah rumah gue. Akhirnya, tak perlu lama menunggu, angkot C12 yang gue harapkan muncul juga. Gue naek dengan segera. Sendirian, tanpa temen gue. Ada dua anak SMP di depan gue yang lagi ngelap gitarnya yang basah karena hujan.

Gue berguman sendirian, "oh my God, deres banget ni ujan, pasti buku gue basah, terus baju gue juga, terus .........." tu anak berdua saling pandang memandang setelah itu melirik ke arah gue. Gue yakin mereka udah nganggep gue gila karena ngomong sendirian. Whatever..

Dalam perjalanan, gue terus memperhatikan jalanan yang tertutup oleh air berwarna coklat dan sampah-sampah yang menumpuk dengan perasaan agak jijik sekaligus kagum. Gue seneng aja ngeliat suasana yang menurut gue seru buat berpetualang. "Coba bareng temen-temen gue." pikir gue sedih.

Ketika perjalanan sudah setengah dari yang dituju, sesuatu terjadi. "OH MY GOD" angkotnya mogok. monyet! sebel gue.. Air setinggi dengkul gue ketika gue coba melihatnya. "Pantesan aja mogok, mesinnya kena air" gerutu gue.

Ada sekitar 6 orang di dalam angkot, gue, dua anak smp, 1 ibu-ibu, 1 bapak-bapak, dan supirnya. Mereka semua terdiam kecuali gue yang udah kayak cacing kepanasan ngomong sendiri, entah mereka denger atau nggak.

Gue berfikir sejenak ketika si supir sedang asiknya ngebetulin mesin mobil yang mengeluarkan banyak asap. Dan akhirnya gue menemukan ide yang agak gila. Gue masih memperhatikan asap yang keluar dengan liarnya dari dalam mesin itu sebelum berniat buat menjalankan rencana gila itu. Gue bergidik ketika membayangkan betapa mengerikannya kalo mobil ini meledak sedangkan gue masih terperangkap disini. Gue pun mempercepat rencana gue. Dari pada gue mati gara-gara saingan sama ledakan bom bali, mendingan gue melarikan diri sekalipun gue harus menghadang banjir-banjiran.

Lanjutin besok aja deh.. ngantuk gue..
byee...

1 komentar:

Anonim mengatakan...

nah lho gimana kelanjutannya??? aaaahhhh penasaran....